Bagaimana Semua Ini Bermula

Monday, 17 March 2014
Helo gais!

Gue punya sebuah naskah hasil karya gue. Asli. Orisinil. No copas. Polos. Naskah yang punya riwayat hidup lumayan panjang juga.

Kisah berawal di tahun 2011, tahun di mana gue dibeliin laptop sama teteh gue yang galak tapi sebenernya baik banget kalo harus ngebeliin gue sesuatu. Gue seneng. Gue bahagia. Gue jingkrak-jingkrak. Akhirnya, setelah penantian yang cukup panjang namun tidak melelahkan, barang tersebut dapat kumiliki juga! Horay!

Penuh semangat, gue mulai menggarap naskah pertama berbentuk cerpen. Ceritanya melow-kocak khas remaja. Gue garap naskah itu selama satu hari full. Setelah beres, gue edit. Dibaca ulang, edit lagi. Baca lagi, edit lagi. Baca, edit. Baca, edit. Baca, edit.

Plis deh, gue penulis bukan editor!

-_-

Okay sori. Gue bukan penulis, dan bukan editor.
Gue hanya makhluk kasat mata yang hobi menulis. Itulah gue. Self editing yang gue lakuin berulang-ulang semata buat nunjukin kalo naskah gue emang masih berantakan. Banget. Bahkan di mata gue sendiri.

Back to story...

Selesai menggarap naskah perdana, gue lanjutin ke cerpen-cerpen lain hasil requests temen-temen. Setelahnya gue posting di catatan facebook, lalu tag mereka yang berhubungan dengan cerpen tersebut. Responnya lumayan rame, tapi ya gak ada kritik. Makanya gue kira naskah gue emang bagus. *astagfirullah*

Dari sekian banyak cerpen yang gue posting di facebook 'alay' gue, dan salah satunya malah dapet like seratus, gue tetep ngerasa bahwa cerpen perdana gue yang penuh editanlah yang paling bagus. Makanya gue gak mau mostingin di facebook.

Gue kenal web di atas dari Yahoo! Answer. Iseng-iseng gue buka kemudian.com di ponsel. Wow, semua serba ijo!
Gue skroll ke bawah. Hmmm, banyak banget cerpen/cerbung/cermin yang diposting di sana. Penulisnya beda-beda pula! Dengan kata lain, gue dapat menyimpulkan bahwa web tersebut memang tempat yang cocok buat para penulis, baik profesional maupun pemula. Atau wadah bagi para pemula agar menjadi profesional. Dan belakangan gue tahu ternyata Winna Efendy pun awalnya member kemudian.com. Akunnya masih ada, tulisan-tulisannya masih ada, tapi udah lama vacum dari kekom. Selain Winna, masih banyak penulis lain yang berasal dari kekom.

Selama beberapa lama gue cuma berani ngepoin cerpen orang lain. Miris membaca komentar pedas dari beberapa senior buat cerpen juniornya. Dalam hati gue berpikir jangan-jangan kalo nanti gue mosting cerpen yang menurut gue bagus, di kekom malah dicecar lagi.

Aaarrrrggg.... gue emang belum siap nerima kritik. Gue belum siap jadi penulis.

Alhasil berminggu-minggu kemudian gue beraniin diri daftar jadi member. Mereka ngasih password ke g-mail gue, dan aslinya tuh password ribet amet. Pertama gue cuma berani ngasih poin (di kekom ada sistem poinnya. Kisaran 0-10 kalo gak salah) dan komentar di postingan orang lain. But one day gue berani-beraniin deh mosting cerpen perdana gue di sana.

Sehari... dua hari... tiga hari...
Ah! Gue masih belum berani buka kekom lagi. Masih takut >.<
Berhubung rasa penasaran gue lebih kuat dibanding rasa takut, gue pun ngebuka akun gue dan... taraaaa! Udah ada enam komentar nangkring di sana.

Gimana responnya? Ah kalian baca sendiri aja di sini, gue males nyatet, wkwkwkwk.
Well, dari situ gue sadar bahwa narasi gue emang masih berantakan. Malah kadang gue iri sama penulis pemula lain yang udah punya bakat nulis narasinya smooth banget.

It's okay! Itu semua adalah pelajaran berharga buat gue. Gue bakal berusaha untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

SEMANGAT!!!

0 comments:

Post a Comment