Makalah Pembuatan Amoniak

Saturday 24 May 2014
Ini makalah penuh perjuangan hasil kopas dan edit sana-sini, salah berkali-kali sampai akhirnya diterima guru pembimbing.

Mau sukses itu butuh usaha maksimal ya??? :o

KATA  PENGANTAR

   Puji  syukur  saya  ucapkan  atas  kehadirat  Allah  SWT,  karena  berkat  Rahmat  dan  Karunia-Nya  sehingga  penulis  dapat  menyelesaikan  makalah  dengan  judul  “Pembuatan NH3 Ditinjau dari Sisi Laju Reaksi”  ini  sebatas  pengetahuan  dan  kemampuan  yang  dimiliki.
      Terima  kasih  penulis  sampaikan  kepada  guru  pembimbing  yang  telah  memberikan  tugas  ini  juga  rekan-rekan  yang  telah  memberikan  dukungan  dalam  menyelesaikan  makalah  ini  baik  secara  materil  maupun  nonmateril.
      Makalah  ini  memberi  perhatian  yang  besar  terhadap  proses pembuatan amoniak yang mana menjadi bahan dasar atau bahan baku dalam pembuatan pupuk urea. Adapun proses pembuatan ammonia ini bersumber dari PT Pupuk Sriwijaya.
      Akhir  kata,  semoga  makalah  ini  dapat  memberikan  manfaat  kepada  kita  sekalian.  Amiinn.



Purwakarta,  26  September  2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bahan baku pembuatan Urea adalah Amoniak (NH3) dan Karbon Dioksida (CO2), Amoniak dalam bentuk liquid (cair) dan karbon dioksida dalam fasa gas.

Dari mana kedua bahan itu diperoleh?
               
Amoniak (NH3) diperoleh dari reaksi H2 dan N2. N2 diperoleh dari udara bebas, sedangkan H2 diperoleh dari proses reform gas alam (CH4). Gas karbon dioksida berasal dari produk samping proses pembuatan amoniak tadi. Dan karena gas alam merupakan komponen vital dalam industri pupuk maka biasanya Industri Fertilizer itu pasti berada di lokasi yang dekat dengan lapangan gas : seperti di Aceh, Palembang, Gresik, Cikampek dan Bontang.
Karena industri pupuk urea erat kaitannya dengan proses pabrik amoniak, maka di sini akan dijelaskan secara terperinci mengenai proses pembuatan amoniak. Pertama, akan dibahas mengenai sifat-sifat gas amoniak.
1.2 Sifat-Sifat Amoniak
Gas amoniak lebih ringan dibanding dengan udara, gas tidak berwarna, iritan, dapat meledak dan terbakar pada kondisi tertentu, mudah larut dalam air dengan reaksi eksotermis. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian, karena Amoniak digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup.  Amoniak dikenal dengan baunya yang spesifik yang mempunyai sifat-sifat fisis sebagai berikut :
Titik leleh                    : -77,7oC
Titik didih                   : -33,4oC
Tekanan Uap               : 400 mmHg (-45,4oC)
Kelarutan dalam air     : 31g/100g (25oC)
Berat jenis                   : 0.682 (-33,4oC)
Berat jenis uap            : 0.6 (udara=1)
Suhu kritis                   : 133oC
Berat Molekul             : 17.03
Selain sifat-sifat di atas, amoniak pun memiliki sifat-sifat berbahaya dari segi kesehatan, keamanan, reaktivitas, serta penanganan dan penyimpanan.

1.3 Sifat-Sifat Berbahaya dari Amoniak
1.3.1 Kesehatan
-     Efek Jangka Pendek (Akut)
Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi pada 400- 700 ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frostbite).
-          Efek Jangka Panjang (Kronis)
Menghirup uap asam pada jangka panjang mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru. Termasuk bahan teratogenik. Nilai ambang batas : 25 ppm (18 mg/m3) (ACGIH 1987-88) STEL 35 ppm (27 mg/m3).
Toksisitas : LD50 = 3 mg/kg (oral, tikus). LC 50 = 200 ppm (tikus menghirup 4 jam)
1.3.2 Kebakaran
Dapat terbakar pada daerah mudah terbakar : 16-25 % (LFL-UFL).
Suhu kamar : 651oC.
1.3.3 Reaktivitas
Stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran. Larut  dalam air membentuk ammonium hidroksida.
1.3.4 Keselamatan dan Pengamanan
-      Penanganan & Penyimpanan
Hindari gas berada dalam ruang kerja, hindari dari loncatan api dan sumber panas.  Simpan pada tempat dingin, kering dan berventilasi dan jauh dari populasi. Hindarkan  dari asam, oksidator, halida, etoksi, logam alkali dan kalium klorat.
-          Tumpahan & Bocoran
Bila terjadi tumpahan atau bocoran, harus ditangani oleh orang yang terlatih dengan  memakai alat pelindung diri. Jauhkan dari sumber api. Kabut amoniak dapat disemprot  oleh air.
1.4 Alat Pelindung Diri
Paru-paru            : Masker dengan Filter Amoniak atau respirator udara
Mata                   : Safety goggles dan pelindung muka
Kulit                   : Gloves (neoprene, karet, PVC karet butil)
1.5 Pertolongan Pertama
Terhirup  : bawa ke tempat aman dan udara yang segar, beri pernapasan buatan jika perlu, segera bawa ke dokter.
Terkena mata : cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit dan segera bawa ke dokter.
Terkena kulit : cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit, lepaskan pakaian yang tekontaminasi.
1.6 Rumusan masalah
1.      Bagaimana proses pembuatan amonia ditinjau dari sisi laju reaksi?
2.      Bagaimana cara memperbanyak hasil reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembuatan Amoniak
2.1.1   Pembuatan Amoniak Ditinjau Secara Umum
(Meskipun proses pembuatan amoniak ini ditinjau secara umum, akan tetapi dalam proses tersebut mengarah kepada tinjauan dari sisi laju reaksi. Terbukti dengan pengaruh suhu, katalis, dan luas permukaan sentuh yang menjadi fokus dalam proses pembuatan amoniak ini).
·          Rumus molekul amoniak adalah NH3.
Terlihat amoniak terbentuk dari gugus N dan H yang masing-masing dapat diperoleh dari H2 (Hidogen) dan N2 (Nitrogen). H2 adalah salah satu komponen gas synthesa yang diperoleh dari pemrosesan gas alam yang mengandung 80 – 95 % CH4 (Metan). Sedang N2 diperoleh dari udara yang mengandung 79% N2 dan 21% O2.
Berikut blok diagram proses pembuatan amoniak secara sederhana :


 



Reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembuatan NH3 dan CO2 adalah sebagai berikut :

·         Katalisator
Katalisator adalah suatu senyawa yang berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi kimia. Secara fisik katalisator tidak berubah bentuk walaupun terlibat dalam suatu reaksi kimia. Dari bentuknya katalisator di pabrik amoniak sebagian besar berbentuk padatan. Hanya DEA (Dietanol Amione) yang berbentuk cairan.
Katalisator yang dalam bentuk padatan ini disuplai dari pembuatnya dalam kondisi masih teroksidasi. Untuk mengaktifkanya katalisator harus terlebih dahulu direduksi (penurunan bilangan oksida) menggunakan pereduksi H2 dan CO2, akan tetapi yang umum dipakai adalah H2 karena kenaikan temperatur yang dihasilkan dari aktifasi/reduksi katalis masih dapat dikendalikan dibandingkan bila menggunakan CO sebagai pereduksi.
Berikut adalah salah satu contoh reaksi reduksi katalis Fe3O4 dengan H2 :
3Fe2O3 + H2 —> 2Fe3O4 +H2O + Panas

Katalisator yang aktif (tereduksi) bila terkena udara ( O2 ) akan bereaksi dengan cepat dan menghasilkan panas yang besar (pyrophoric) dan sulit dikendalikan, oleh karena itu katalisator baru selalu disuplai oleh penjual dalam bentuk teroksidasi agar pada saat dibuka drumnya ketika akan dimasukkan ke dalam reaktor tidak bereaksi dengan udara.
Untuk menjaga katalisator tetap tinggi aktivitasnya maka beberapa racun katalis berikut harus dipastikan tidak masuk ke dalam sistem reaksi :
-          Sulfur
-          Carbon
-          CL-
-          Phospat
Khusus untuk katalis synthesa amoniak disamping racun-racun di atas, berikut racun-racun lainnya yang dapat menurunkan aktifitas katalis : CO, CO2, H2O
·         Tiga tahap dalam penyiapan gas synthesa :
-          Desulfurisasi.
Gas alam pada umumnya mengandung sulfur dalam bentuk H2S/Sulfur Anorganik dan Sulfur Organik seperti mercaptan yang rumus molekulnya RS. Kadar sulfur anorganiknya di dalam gas alam yang diterima industri pupuk adalah relatif kecil yaitu berkisar 0,18 -0.3 ppm sedang sulfur organiknya relatif tidak ada.
Kadar sulfur dalam gas alam yang diijinkan untuk memasuki Primary Reformer maksimum adalah 0,1 ppm. Untuk menyerap sulfur dari gas yang dari gas  alam digunakan ZnO sebagai adsorbent ini bukan katalis, lihat reaksi no 1.
Keberhasilan adsorbsi sulfur anorganik praktis diadsorbsi pada temperatur yang lebih rendah (200-250oC) dibandingkan dengan sulfur organik (250-400oC).
Kondisi operasi di Desulfurisasi:
Pressure                       : 35-40 kg/cm2G
Temperature Inlet        : 350-400oC
Temperature Outlet     : 330-380oC
-          Primary Reformer.
Ke dalam Primary Reformer dimasukan Steam bersama gas alam yang keluar dari Desulfurisasi. Sebelum bertemu katalis yang berada dalam tube yang dipanasi secara radiasi oleh burner-burner (seperti burner pada kompor gas), campuran steam dan gas terlebih dahulu dipanasi hingga temperatur reaksi 530-650oC. Hal ini sesuai dengan jenis reaksinya yang endotermis. Disamping reaksi reforming, reaksi shift juga terjadi di Primary Reformer seperti pada reaksi no. 2 dan no. 3.

Untuk menjamin bahwa reaksi berjalan sesempurna mungkin rasio steam terhadap karbon yang ada dalam gas alam (S/C) dijaga sekitar 3,1—4 (mol/mol)

Kondisi operasi Primary Reformer :
Pressure                       : 35 – 40 kg/cm2G
Temperature Inlet     : 530 – 650oC
Temperature Outlet  : 770 – 811oC
Kadar CH4 Outle        : 9 – 16% berat
Kadar CO Outlet        : 8 – 9% berat
Kadar H2 Outlet          : 65 – 70% berat.
-          Scondary  Reformer
Pada dasarnya Scondary Reformer berfunggsi untuk menyempurnakan reaksi reforming yang telah terjadi di Primery Reforming. Kalau Primery Reformer sumber panas untuk reaksi reforming yang endotermis disuplay oleh burner-burner yang memberikan  panasnya secara radiasi, maka sumber  panas di Scondary Reformer disuplay oleh udara yang dimasukkan  ke Scondary Reformer menggunakan kompresor udara.
Reaksi pembakaran O2 dari udara dengan H2 hasil reaksi reforming di Primary Reformer :
O2 + H2 + H2O + Panas (exothermic)
Akan menghasilkan panas yang akan dipakai oleh reaksi reforming Scondary Reformer. Campuran hasil  reaksi di Scondery Reformer ini akan  menyisakan N2 yang praktis tidak/belum bereaksi dengan H2 dan campuran gas lainnya. N2 akan bereaksi dengan H2 nantinya di Converter Amoniak setelah menjalani berbagai proses pemurnian berikutnya.
Kondisi operasi di Secondary Reformer :
Pressure                       : 35-40 kg/cm2G
Temperature Inlet     : 520-560oC
Temperature Outlet  : 950-1050oC
CH4 Outlet                  : 0,2-1,0% berat
CO Outlet                   : 10-13% berat
H2 Outlet                     : 54-56% berat

·         Synthesis Loop dan Refrigerasi.
Di dalam Synthesis loop ini terdapat converter amoniak yang berfungsi mereaksikan N2 dengan H2 untuk membentuk amoniak/NH3. Gas synthesa dengan kadar CO+CO2 maksimum 10 ppm sebelum dimasukkan ke Synthesis loop dinaikkan tekanannya terlebih dahulu ke 130-210 kg/cm2G menggunakan kompressor Synthesis Gas.
Yang perlu diperhatikan adalah rasio H2/N2 dijaga 3 atau sedikit dibawah dari 3. Hal ini penting dipertahankan agar reaksi pembentukan amoniak berjalan maksimal. Pangaturan rasio ini dilakukan dengan mengatur laju udara yang dimasukkan ke Scondary Reformer.
Reaksi pembentukan amoniak ini berlangsung pada temperature inlet Converter 270oC dan temperatur 530oC. Dengan temperature setinggi ini, maka amoniak yang terbentuk mustahil diperoleh dalam keadan cair. Untuk itu gas keluar converter harus terlebih dahulu menjalani pendinginan hingga temperatur 6–(-5)oC. Pendinginan ke temperatur ini dilakukan dengan cara,melakukan pertukaran panas antara gas masuk dengan converter dengan gas keluar converter, pembangkitan steam dan pemanasan air umpan boiler (BFW), pendinginan dengan menggunakan air pendingin (cooling water) serta yang utama adalah pendinginan menggunakan refrigerasi.
Gas yang telah didinginkan,karena masih mengandung H2 dan N2 yang tidak bereaksi, gas dicampur dengan gas dari metanasi dikembalikan ke converter amoniak. Sistem ini akhirnya merupakan sebuah Loop atau siklus amoniak.
Di dalam Loop ini juga ada gas-gas yang benar-benar tidak bereaksi yang disebut inert, yaitu CH4 yang berasal dari  Metanasi dan Argon (Ar) yang berasal dari udara yang dimasukkan ke Scondary Reformer. Inert ini konsentrasinya harus dijaga sekitar 7-11 % berat agar reaksi pembentukan amoniak berlangsung maksimal.
Adapun gas dari metanasi yang mengandung CO, CO2 dan H2O sebelum masuk ke dalam synthesis Loop dipertemukan terlebih dahulu dengan gas keluar converter yang sudah didinginkan dan mengandung amoniak cair. Tujuannya adalah agar CO, CO2 dan H2O yang ada dalam gas dari Metanasi (make up gas) dapat larut dalam amoniak cair dan terbawa ke refrigerasi, tidak ke inlet converter amoniak.
Kondisi Operasi Converter :
Pressure                       : 230-210 kg/cm2G
Temperature Inlet        : 250-270 oC
Temperature Outlet     : 480-530 oC
NH3 Inlet                    : 1,5-5 % berat
NH3 Outlet                 : 13-20 % berat.
Refrigerasi
Produk amoniak cair dengan temperature 6oC – (-5)oC ini selanjutnya dikirim ke refrigerasi untuk dimurnikan dari H2, N2, CO, CO2, H2O dan inert yang terlarut dalam amoniak cair dan didinginkan hingga temperature -31oC.

Selanjutnya amoniak cair yang panas (25oC) yang merupakan hasil kondensasi uap amoniak keluar kompressor/discharge dikirim ke pabrik Urea. Sedangkan amoniak cair yang dingin (-31oC)dari bagian suction kompersor dikirim ke Storage Amoniak.
Demikian proses pembuatan amoniak dan karbondioksida sebagai bahan baku pembuatan Industri Pupuk Urea.
2.1.2    Cara Memperbanyak Reaksi Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
-     Berdasarkan luas permukaan sentuh
Pada reaksi kimia terjadi tumbukan antarpartikel atom unsur atau antarpartikel molekul senyawa. Adanya tumbukan antar partikel yang bereaksi, berarti adanya bidang sentuh antarpartikiel yang bereaksi. Makin luas bidang yang bersentuhan, zat produk yang dihasilkan makin banyak. Dengan kata lain, jika luas permukaan sentuh makin besar,laju reaksi makin cepat. Maka jika ingin hasil reaksi semakin bertambah, maka luas permukaan sentuh harus diperbesar.
-                Berdasarkan suhu yang dinaikkan
Ketika temperatur dinaikkan maka kesetimbangan bergeser ke zat yang bereaksi secara endoterm, artinya jumlah konsentrasi NH3 berkurang sementara itu konsentrasi N2 dan H2 bertambah. 2 NH3(g) + 92 kJ/mol →  N2(g) + 3H2(g)
-                Berdasarkan penambahan molaritas
Larutan amonia apabila molaritasnya ditambahkan maka hasil reaksi akan semakin besar.
-                Berdasarkan katalis
Faktor laju reaksi yang sering digunakan adalah katalis. Seperti yang telah kalian pelajari tentang uraian katalis di depan, katalis merupakan zat yang mempercepat laju reaksi tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali seperti semula. Contoh industri yang menggunakan katalis adalah pembuatan amonia ((NH3) dan asam sulfat (H2SO4). Amonia merupakan bahan untuk membuat asam nitrat, pupuk, dan bahan peledak. Proses pembuatan amonia dikenal dengan nama Proses Haber-Bosch sesuai dengan nama penemunya, yaitu Fritz Haber dan Karl Bosch. Reaksi pembuatan amonia dari gas nitrogen dan gas hidrogen sebagai berikut:
Text Box: N2 (g)    +  H2 (g)⇄  2NH3 (g)   ∆H = -92 kj/mol
Ternyata Reaksi tersebut sangat lambat pada suhu kamar, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat laju reaksi.Salah satu usaha yang dilakukan adalah menambah katalis besi. Pada prosespembuatan asam sulfat yang sering dikenal sebagai proses kontak,juga diperlukan katalis yaitu Vanadium pentoksia (V2O5).


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Amonia (NH3) merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat dan sangat mudah larut dalam air. Amonia ini biasanya digunakan dalam refrigerator dan dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, plastik, serta bahan-bahan kimia lainnya. Selian itu, amonia juga digunakan sebagai pelarut. Amonia dapat dibuat dengan mereaksikan gas nitrogen (N2) dengan gas hodrogen (H2) melalui proses reaksi eksoterm, yang dapat membentuk keseimbangan sebagai berikut :

N2 (g) + 3H2 (g) Û 2NH3 (g)  DH = -92,2kJ

Berdasarkan asas Le Chateiler, untuk memperoleh jumlah hasil yang banyak dalam suatu reaksi, maka reaksi tesebut harus dilakukan pada tekanan yang tinggi dan suhu yang rendah. Akan tetapi, semakin rendah suhu, semakin lambat reaksi tersebut. Oleh karena itu, kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu kita memperoleh amonia dalam jumlah sedikit secara cepat atau amonia dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang lama. Pada dasarnya, kedua pilihan tersebut tidak ekonomis. Lalu bagaimana cara untuk memperoleh amonia yang ekonomis tersebut?

Dalam industri, amonia dibuat dengan dengan mencampur gas N2 yang diperoleh melalui udara dan gas Hyang diperoleh dari reaksi antara gas metana dan air. Campuran gas N2 dan H2 dengan perbandingan N2 : H2 = 3 : 1 tersebut kemudian dialirkan melalui pompa bertekanan tinggi (250 atm) ke dalam tabung pemurnian gas. Dalam tabung inilah kemudian diperoleh gas N2 dan H2 murni yang dialirkan ke dalam reaktor katalisis.

Reaksi pembuatan amonia merupakan reaksi eksoterm, sehingga untuk menghasilkan amonia dalam jumlah besar, maka reaksi tersebut harus dilakukan pada suhu yang rendah. Akan tetapi, pada suhu rendah reaksi akan berlangsung lambat. Oleh karena itu, untuk mengimbanginya, maka reaksi dalam pembuatan amonia dilakukan pada suhu tinggi (sekitar 500°C) dan tekanan yang tinggi (200 – 400 atm). Suhu dan tekanan tersebut memungkinkan reaksi pembuatan amonia dapat berlangsung cepat dan amonia yang dihasilkannya dalam jumlah besar (reaksi bergeser ke kanan).

 Amonia yang dihasilkan dalam proses industri berupa amonia cair. Hal ini karena campuran gas H2, N2 dan NH3 dialirkan melalui kondensor. Karena NH3 mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding H2 dan N2, maka NH3 akan segera mencair dan ditampung dalan bejana tertentu, sedangkan gas H2 dan N2 didaur ulang kembali untuk menghasilkan amonia pada proses berikutnya.

Mekanisme produksi amonia yang telah diuraikan di atas pada mulanya dikembangkan oleh dua orang ahli kimia Jerman, Fritz Haber (1868-1934) dan Karl Bosch (1874-1940), sehingga proses pembuatan amonia tersebut dikenal dengan proses Haber-Bosch.
Ditinjau dari sisi laju reaksi, hasil reaksi amonia dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1.                  Luas permukaan sentuh
2.                  Suhu
3.                  Katalis/ katalisator
4.                  Molaritas


DAFTAR PUSTAKA



1 comments:

  1. Syuknet said...:

    gambarnya man?????????

Post a Comment