Mimpi Itu

Wednesday 11 June 2014

Minggu, 08 Juni 2014

Semalam adalah kali ketiga aku memimpikannya. Seperti dua mimpi sebelumnya, mimpi kali ini pun terasa nyata. Dalam mimpi tersebut, teman SD-ku memang tetap menjadi temanku. Kami berdialog layaknya sepasang teman yang lama tidak berjumpa. Namun gesture, bahasa tubuh yang kami gunakan satu sama lain, berkata sebaliknya. Di dalam mimpi, rupanya kami masih saling menyayangi. Dia yang pertama mengakui masih menyimpan rasa untukku. Tapi aku bungkam. Apa yang juga kurasakan terhadapnya justru terjawab begitu aku terjaga.

Rindu. Selalu perasaan tersebut yang muncul kali pertama. Sudah kubilang mimpi ini terasa amat nyata, itulah mengapa aku selalu mengingat setiap detail di dalam ketiga mimpiku.

Aku ingat betapa bahagianya saat aku dapat kembali melihat wajanya, cemburu saat ia menyapa cewek lain, nyaman saat akhirnya kami menghabiskan waktu bersama-sama.

Wajar jika di alam nyata aku mendadak merindukannya.

Keesokan harinya benakku akan dipenuhi bayangan tentangnya di alam nyata, tentangnya di alam mimpi, dan tentang kami. Hanya satu hari itu. Selanjutnya aku berhenti mengingatnya begitu saja. Selalu seperti itu untuk setiap mimpiku tentangnya.

Aku tahu, mimpi hanyalah bunga tidur. Senyata apa pun, yang kualami hanya sebuah mimpi belaka. Barangkali di alam nyata, yang sesungguhnya terjadi, ia sama sekali tidak mengingatku. Pun seandainya ingat, hanya ingat sebagai teman SD, tidak lebih.

Bukannya berharap, aku hanya ingin menceritakan garis besar mimpiku yang tampak nyata serta bagaimana perasaanku begitu terjaga.

Bukannya berkhianat pada Fian, aku hanya merasa rindu sesaat pada teman SD-ku itu, tidak lebih. Segalanya tetap kudedikasikan untuk Fian seorang, kok.

Tapi kuharap, apa pun itu, jangan lah menjadi pertanda buruk untukku. Semoga.

0 comments:

Post a Comment