Antara Gue dan Fanfiction

Monday 2 June 2014
Kalian tahu fanfiction atau lebih akrab disapa fanfic?
Kalau lo ngaku anak gaul, mestinya lo bisa menjawab pertanyaan super basi tersebut. Tapi kalau nyatanya lo justru bengong lantaran gak paham apa itu fanfic, gue sarankan lo untuk segera isi ulang kuota kemudian bertamu ke rumah Mbah Google dan tanya "apakah fanfiction itu?"

Gimana? Udah tahu?
Uhkeeyy lanjooot!!!

Sebagai orang yang menobatkan diri menjadi Si Pelawan Arus aka Anti-mainstream, gue jelas-jelas rada gak suka sama cerita berjenis fiksi fans begini. Hellooo... seluruh dunia terkena demam K-POP, para manusia berburu berbagai hal berbau Korea (bacaan, aksesoris, style, dst), dan lo pikir gue bakal ikut bergabung dalam kegilaan mereka, begitu? Jangan mimpi!

Oh, okey, gue bakal jujur sekarang...
Awalnya, gue emang suka K-POP serta fanfic-nya *jangan ngetawain -____-* Bahkan gue pernah berkolaborasi dengan kakak gue menciptakan sebuah fanfic horor.

Gini loh...
Perkenalan pertama gue dengan si fanfic pas gue iseng baca-baca catatan seseorang di facebook. Andai ingetan gue belom karatan, nama orang itu adalah Nabila dan ia seorang Cassie (CMIIW, gue lupa cara nulisnya tapi males gugling -_-). Pertama kali baca, dan gue langsung disuguhi cerita yang aduhaiiii... 'syur' begitu-begitu lah. Banyak adegan 'panas' yang disajikan. Pasangannya pun disetel yaoi (?) aka penyuka sesama jenis.
Saat itu gue gak terlalu merhatiin isi cerita-super-dewasa-dan-gak-selayaknya-dibaca-anak-SMP-macam-gue-waktu-itu, justru fokus gue jatuh kepada istilah-istilah aneh yang ada di dalam cerita. Dulu gue gak mengenal sebutan Oppa, Appa, Eomma, Hyung, Eonie, dll. Malah gue sempet ngeduga Oppa dan Oemma itu setara dengan Oma dan Opa alias Nenek dan Kakek. Nyatanya, gue salah besar!
Dari situ gue mulai rajin ngubek-ngubek catatan si Cassie tersebut. Isi ceritanya gak beda jauh dengan yang pertama gue baca. Ada yang lebih erotis, ada pula suatu hal panas yang lebih 'lembut'.
Kata demi kata, istilah demi istilah, nama demi nama, telah gue kantongi dalam otak. Gue simpen mereka baik-baik di tempat paling transparan agar bilamana gue ingin membaca fanfic kembali, bahasa 'kokoreaan' dapat gue inget dengan mudah.

Lewat fanfiction, gue mulai menyukai boy dan girlband Korea.
Satu persatu lagu yang 'enakeun' di telinga gue tabung di ponsel. Video joget-jogetannya gue koleksi di laptop. Sejak saat itu gue merasa telah menjadi K-POPers. Uhuuuyyy!!!

Seiring berjalannya waktu, gue pun mengenalkan all about K-POP pada kakak perempuan gue, Wilda. Semua! Lagu, MV, fanfic, semua!
Awalnya dia menolak, malah sempat ngatain 'gaje'. And you know what? Sekarang dia justru menjadi K-POPers sejati! Micro SD 32 GB, 16 GB, flashdisc 8 GB, dan di hardisk komputer penuh dengan file K-POP! Dan itu masih belum cukup!
Gue bingung, gue risau, gue galau. Apalagi dengan semakin menjamurnya para penikmat K-POP di seluruh tanah air ini. Boy dan Girlband Indonesia ikut-ikutan bermunculan, bikin gue tambah ilfeel!

Entah mengapa, gue mendadak benci pada segala hal berbau Korea : novel, majalah, lagu, artis-artis, bahkan nama Korea pun gue gak suka. (Untuk lagu, tergantung lagu bagaimana dulu. Kalau lagunya bersahabat dengan telinga gue sih ya oke-oke aja...)

Alhasil, gue mencoba menjauhkan diri dari si mainstream K-POP lalu mencari hal baru lain. Namun, belum sepenuhnya bisa hilang. Geram dengan tukang joget-joget, gue pun jatuh hati dengan salah satu band asal korsel : C.N Blue (Code Name Blue). Band berjumlah 4 personil ini berhasil mengobati rasa geramku terhadap K-POP. Lagu dan musik mereka oke punya. Gue suka. Musik band itu berbeda dengan boyband, biarpun sama-sama berakhiran 'band'. Gue mengoleksi lagu-lagu mereka sejak album pertama hingga yang terbaru saat itu. Gue menonton drama yang mereka bintangi. Gue suka.

Sampai akhirnya gue menemukan cinta yang lain...

L'Arc~En~Ciel
Ya, dialah cinta gue selanjutnya. Bukan hanya musik mereka, gue suka semua personil band yang lebih akrab disapa Laruku tersebut. Hingga detik ini, Hitomi no Jyuunin, The 4th Avenue Cafe, Winter Fall, XXX, Time Slip, My Hearts Draws a Dream tetap menjadi favorit gue.

Kembali ke fanfic tadi...
Gue tersadar apa yang sebenarnya membuat gue enggan membaca fanfic : nama tokohnya.
Di awal gue udah cerita bahwa gue pernah menobatkan diri sebagai K-POPers. Otomatis gue tahu orang mana saja atau siapa saja yang sedang diceritakan si author dalam fanficnya. Hal ini membuat imajinasi gue menjadi terbatas. Gue jadi gak bisa sembarangan membayangkan orang lain. Dan itu sama sekali gak enak!

Intinya, sejak saat itu gue gak pernah enjoy baca fanfic lagi.
At least, ada sesuatu yang gue dapat dari fanfic : belajar bahasa Inggris.
Iya, selain istilah kokoreaan, fanfic juga sering pakai bahasa Inggris, sedikit banyak gue belajar dari situ,

Tapi tetep, babay fanfic!
Sayonara!

0 comments:

Post a Comment