Ya Tuhan, Aku Zombigaret!?

Saturday, 19 April 2014

Senin, 15 April 2004

Dua batang lintingan putih di atas meja kerja Ayah tampak begitu menarik perhatian. Ingin rasanya bibir mungilku mencicipi mereka barang sehisap dua hisap. Aku penasaran mengapa batang-batang putih tersebut selalu mampu membuat Ayah terlena dalam alunan kenikmatan yang dahsyat. Beliau memejamkan mata khidmat setiap menghisap mereka.

Sebuah ide gila muncul begitu saja di otakku. Ide untuk menculik satu di antara mereka yang kini terbaring menggoda di depan mataku. Perlahan, kepalaku menoleh ke kanan dan kiri bergantian, memastikan Ibu dan Ayah tidak sedang mengawasiku. Dan ketika kesempatan tersebut datang, bergegas kuambil sebatang rokok di dalam asbak. Rokok bekas Ayah.

Aku terlalu takut ketahuan mengambil rokok baru.

***

Selasa, 15 April 2014

Kuhembuskan napas kuat-kuat, menciptakan kepulan asap tebal bergulung-gulung. Benda ini sangat nikmat, tidak heran Ayah begitu menyukainya.

Kuhitung-hitung sesuatu dengan jariku. Sepuluh. Ya, hari ini genap sepuluh tahun aku menobatkan diri sebagai pecandu rokok. Sejak tinggal terpisah dengan orangtua, semangat merokokku semakin berkobar. Dalam sehari aku bisa menghabiskan dua bungkus rokok sekaligus. Sebuah hal lumrah mengingat tidak ada Ibu yang biasa mengontrol kebiasaan buruk tersebut.

***

Sabtu, 15 April 2017

“Kamu tahu zat apa saja yang terkandung di dalam rokok?” tanya seorang lelaki berjas putih seraya memerhatikan hasil rontgen paru-paruku.

Sontak aku menggeleng. Dari sekian banyak zat yang terkandung di dalam rokok aku hanya hafal satu : nikotin. Sebab zat itulah yang menularkan candu padaku.

Lelaki berjas putih tersebut menatapku tajam. “Nikotin, tar, sianida, benzene, cadmium, methanol, asetilena, amonia, formaldehid, hydrogen sianida, arsenic, dan karbon monoksida,” ujarnya serius. Melihatku hanya bengong, ia cepat-cepat menambahkan, “Kesemua zat tersebut membahayakan kesehatan. Dan hasil rontgen ini menjelaskan semuanya.”

Ia menuliskan sesuatu di selembar kertas kemudian memintaku kembali minggu depan. Aku mengagguk pasrah. Sepertinya ada kabar buruk.

***

Kamis, 15 April 2016

Ukhuk, ukhuk, ukhuk!

Nyaris enam minggu batuk sialan ini tak kunjung enyah dariku. Akibatnya, aku jadi sering sesak napas. Belakangan inipun kondisi kesehatanku sangat tidak baik. Aku mudah lelah, depresi, sakit lutut, bahkan bobotku turun beberapa kilogram. Terkadang, ketika batukku menggelegar dahsyat, bagian dada, punggung, pundak, serta lenganku terasa sakit sekali.

Merasa takluk, kupaksakan memeriksakan diri ke puskesmas terdekat. Dokter di sana bilang aku bronchitis. Setelah dibekali obat dan pesan untuk pemeriksaan rutin, aku kembali ke rumah.

Sembilan bulan tak kunjung sembuh, aku dan sang dokter dilanda keheranan serupa.

“Sepertinya penyakit anda berkembang menjadi penyakit lain. Silakan lakukan rontgen ulang di rumah sakit di kota,” katanya. Aku menghela napas berat seraya beranjak pergi. Begitu berada di luar Puskesmas, kusulut sebatang rokok kemudian menghisapnya dalam-dalam.

Ah… nikmatnya.

***
Ilustrasi dari wikipedia


Sabtu, 22 April 2017

Sesaat setelah membaca vonis dokter di rumah sakit yang baru kutemui tiga bulan pasca berobat di Puskesmas, aku tercengang tak habis pikir.

Kanker paru-paru? Apa ia tidak salah tulis? Benarkah aku menderita penyakit mematikan tersebut? Bagaimana bisa? Ia bilang semua ini gara-gara rokok. Mustahil!

Sepanjang hari pikiranku diselimuti kekacauan. Aku benar-benar tidak percaya akan berakhir seperti ini.

“Bagaimana mungkin?” Sekali lagi aku bertanya retoris.

Aku butuh rokok. Ya, tampaknya sebatang rokok mampu meredam kegamanganku saat ini. Maka, aku pun bangkit dengan limbung, berusaha mencari di mana kutaruh sahabat-sahabatku semalam. Di kamar, ya, di kamar.

Kakiku membelok menuju kamar. Baru saja tanganku membuka daun pintu, aku tercengang hebat. Di sana, tepat di depan mataku berdiri sesosok makhluk mengerikan. Ia mirip denganku, hanya saja pipinya lebih tirus, tubuhnya tinggal tersisa tulang-belulang, bibirnya sangat hitam, matanya merah menyala, tatapannya sayu, berdirinya pun tak tegak. Betapapun mirip denganku, ia lebih seperti zombie.

Hening.

Butuh waktu beberapa menit hingga kutersadar bahwa zombie itu adalah aku. Makhluk mengerikan di balik cermin itu adalah aku. Ya Tuhan, aku Zombigaret!?

jumlah kata : 600


2 comments:

  1. Unknown said...:

    cerita nya bagus vi, saran dari gue mending bikin ebook kayak pdf gtu. jadi orang bisa baca offline

  1. tengkyu, bro/gue/dian/dian rg.
    btw ini diikutsertakan dalam suatu event.
    Minta doanya okey :3

Post a Comment